0

Kisah Baliknya Sejarah Perjuangan Proklamasi Indonesia Merdeka

Share this Article on :







Hari ini , 17 Agustus 2012 merupakan hari bahagia bangsa Indonesia gegap gempita menghinggapi setiap instan indonesia di berbagi penjuru tanah air. perayaan hari istimewa ini dilakukan dengan cara beragam mulai dari mengadakan perlombaan, panjat pinang bahkan ada yang merayakan disungai di kota surabaya,

Namun yang menjadi pertanyaan adalah apakah kita masih mengingat sejarah bagaimana proses bangsa ini menuju kemerdekaanya? SD SMP SMA dapat dikatakan hampir semua warga negara indonesia pernah mendapatkan materi yang satu ini walaupun hanya kulit"nya saja yang baru diketahui saat ini. mari kita kembali melihat kilas balik perjalanan menuju Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) 17 Agustus 1945.

sedikit akan dibahas mengenai proses detik" menjelang kemerdekaan RI pada periode 1924-1945 pada tahun 1924 perhimpunan Indonesia yang berkedudukan di Belanda mulai merumuskan konsepsi ideologi politiknya bahwa tujuan kemerdekaan politik harus disadarkan pada 4 prinsip: Persatuan Nasional, Solidaritas, Non kooperasi, dan kemandirian. Ternyata tiga dari empat prinsip tersebut merupakan prinsip yang telah dimiliki oleh organisasi" yaitu persatuan nasional, Non kooperasi dan kemandirian.


Ternyata Soekarno juga mempunyai paham keidealan yang sama dengan PI. Soekarno menulis esai dalam majalah Indonesia Moeda, yang berjudul “Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme”. Di dalam esai tersebut, Soekarno berpandangan bahwa ketiga paham tersebut menjadi roh pergerakan-pergerakan di Asia, termasuk Indonesia.
Kemudian sampailah pada 1928, tepatnya pada 28 Oktober. Isinya singkat, tapi mempunyai makna yang sangat dalam. Visinya yang mempertautkan segala keragaman yang ada ke dalam kesatuan tanah air dan bangsa didasarkan atas kesamaan tumpah darah, bangsa, dan bahasa persatuan (civic nationalism) yang terangkum dalam 3 poin isi Sumpah Pemuda. Dokumen inilah yang selanjutnya akan menjadi landasan untuk merumuskan dasar negara Indonesia Merdeka. Saat itu juga, Wage Rudolf Supratman, mempertontonkan hasil karyanya di depan para peserta sidang dengan menyanyikan lagu ‘Indonesia Raya’ yang sampai saat ini menjadi lagu kebangsaan Indonesia.

Tahap selanjutnya yakni masa perumusan. Diawali oleh pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan) BPUPK pada 29 April 1945 yang bertugas merumuskan dasar negara. Jumlah anggota awalnya hanya 63 orang, kemudian bertambah menjadi 69 orang, yang terdiri dari golongan Islam, golongan pergerakan, golongan birokrat (kepala jawatan), wakil kerajaan (kooti), pangreh praja (residen/wakil residen, bupati, walikota), golongan peranakan (Tionghoa, Arab, Belanda), dan golongan Jepang. Selama masa sidang BPUPK 29 Mei-1 Juni 1945, 3 orang (Soepomo, Mohammad Yamin, Soekarno) mengemukakan gagasan dasar negara. Gagasan Soekarno lah yang diambil sebagai dasar negara dan diberi nama ‘Pancasila’ dan 1 Juni 1945 lahirlah gagasan tersebut yang dikenal sebagai Hari Lahir Pancasila.

Berakhirlah masa sidang I BPUPK, berlanjut ke sidang II (10-17 Juli 1945). Selama masa reses menuju sidang II BPUPK, banyak terobosan-terobosan yang terjadi. Salah satunya pembentukan Panitia Kecil yang beranggotakan 9 orang, dikenal dengan sebutan “Panitia Sembilan”, yang dilakukan oleh Soekarno. Kesembilan orang tersebut berasal dari 2 golongan, yakni golongan Islam dan golongan kebangsaan. Panitia Sembilan bertugas untuk menyusun rancangan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia, yang di dalamnya termuat Dasar Negara. 22 Juni 1945, Rancangan Pembukaan UUD selesai dan dikenal sebagai “Piagam Jakarta”. Rancangan tersebut mencerminkan usaha kompromi antara golongan Islam dan golongan kebangsaan

Hasil rumusan Panitia Sembilan berupa Piagam Jakarta dilaporkan pada masa sidang II BPUPK. Kemudian mendapat respons keberatan dari Latuharhary mengenai “tujuh kata” dalam poin I Piagam Jakarta yang berbunyi, “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Karena kebesaran para tokoh kemerdekaan saat itu, akhirnya poin I berubah menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Demikian Postingan dari saya, semoga dapat bemanfaat

“Sumber diambil dari buku “Negara Paripurna” karangan Yudi Latif”


SEKIAN,,,,,,???????




Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar